CEK RESI JNE

Thursday, November 7, 2013

Berbakti Kepada Orang Tua = Kunci Sukses !

Rasulullah Saw ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau lalu menjawab, "Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu." HR. Ibnu Majah

Apabila seorang meninggalkan do'a bagi kedua orang tuanya maka akan terputus rezekinya. HR. Ad-Dailami

"Ridho Allah tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua" HR. Bukhari 

Ibnu Mas'ud berkata: "Aku pernah bertanya kepada Rosululloh, 'Amalan apakah yang paling dicintai Alloh?' Beliau menjawab, 'mendirikan sholat pada waktunya,' Aku bertanya kembali, 'Kemudian apa?' Jawab Beliau, 'berbakti kepada orang tua,' lanjut Beliau. Aku bertanya lagi, 'Kemudian?' Beliau menjawab, 'Jihad di jalan Alloh.'" HR. Bukhari

"Sungguh merugi, sungguh merugi dan sungguh merugi orang yang masih memiliki kedua orang tua yang sudah renta atau salah seorang dari keduanya kemudian hal itu tidak dapat memasukkan ia ke dalam jannah." HR. Muslim.

"Orang tua adalah bagian tengah pintu Jannah. Jika engkau mau silahkan menyia-nyiakannya, jika tidak maka jagalah pintu itu." HR. At-Tirmidzi dan berkata: "Hadits shahih". Disahihkan oleh Al-Albany.

Dalam salah satu riwayat, bahwa Ibnu Abbas pernah didatangi oleh seseorang dan ditanya: 'Saya pernah meminang seorang wanita, lalu ia menolak menikah denganku. Kemudian ada orang lain yang meminangnya lalu ia mau menikah dengannya. Kemudian aku menerkamnya dan membunuhnya. Apakah ada taubat bagi saya?' Ibnu Abbas bertanya: 'Apakah ibumu masih hidup?'. Ia menjawab: Tidak!' Ibnu Abbas berkata: 'Bertaubatlah kepada Allah swt dan mendekatkan dirilah kepada Allah semampumu.' Lalu saya berlalu. 

Kemudian Ibnu Abbas bertanya kepadaku: Kenapa aku tadi bertanya kepadanya: 'Apakah ibunya masih hidup?' Ia menerangkan: 'Saya tidak tahu satu amalanpun yang lebih mendekatkan diri kepada Allah swt selain berbakti kepada kedua orang tua.' HR. Bukhari (suaraMedia.com)

Ratusan Orang Norwegia Masuk Islam Pada 2012

OSLO (Berita SuaraMedia) - Lebih dari 200 penduduk Norwegia menyatakan diri sebagai Muslim selama tahun 2012. Fakta tersebut juga ditemui gereja Katolik seiring meningkatnya jumlah orang yang mulai mencari agama baru.
Yusuf Estes, seorang pembicara Muslim asal AS pada Juni lalu melakukan kunjungan ke Norwegia. Setelah pidatonya di Oslo University College, lima mahasiswa menyatakan diri sebagai Islam.
Mereka membaca dua kalimat syahadat di hadapan ratusan teman-temannya.
Meski belum ada data statistik mengenai jumlah pasti orang Norwegia yang masuk Islam, namun TV2 menerima data dari berbagai Masjid, Pusat Islami, dan organisasi Muslim dari seluruh negara.
Tahun ini saja, lebih dari 200 orang yang menjadi Muslim.
Sebagian besar pengikraran diri sebagai Muslim dilakukan di Islamic Center of Grønland, Oslo. Maulana Mehboob ur-Rehman merupakan Imam yang telah mengIslamkan 14 orang.
"Siapapun yang hendak menjadi memeluk Islam harus melafalkan dua kalimat syahadat, mengakui Allah sebagai Tuhan mereka dan Nabi Muhammad sebagai Rasulnya. Inilah yang mereka butuhkan untuk menjadi seorang Muslim. Paktek-praktek keagamaan seperti sholat dan bacaannya dapat dipelajari setelahnya," sang imam memberi tahun TV2.
Fahad Qureshi adalah kepala organisasi Islamnet. Mereka lah yang merencanakan pidato di Oslo University College ketika lima mahasiswanya mengikrarkan diri sebagai Muslim.
Saat ini Qureshi secara rutin memberikan materi pengetahun tentang Islam di jalan Karl Johan.
"Kami tidak berada disini untuk mengIslamkan maupun menyusupkan Islam. Kami hanya berusaha menyampaikan informasi mengenai Islam dengan memberitahukan yang sebenarnya. Di Karl Johan, banyak orang yang menghampiri kami. Beberapa dari mereka sangat tidak bersahabat dan mengatakan bahwa usaha kami sia-sia belaka. Namun sebagian lainnya mencari informasi dan berharap dapat mengetahui Islam lebih dalam. Dan kami menyediakan informasi secara gratis, baik berupa selebaran maupun DVD," kata Qureshi.
Pada akhir Maret Qureshi menyelenggarakan konferensi damai Islami Skandinavia pertama di Oslo.
"Ide dari konferensi itu adalah membangun jembatan antara Islam dengan agama lainnya. Dan kepada masyarakat yang tidak mempercayai, kami mencoba memaparkan tentang Islam apa adanya dan secara terbuka, bukan sebagai agama yang digambarkan di media-media barat. Tujuan utamanya adalah untuk menjernihkan kesalahpahaman mengenai gama yang damai ini."
Diperkirakan 150.000 penduduk Norwegia dari 5 juta penduduk adalah Muslim. Islam menjadi agama terbesar kedua di Norwegia.
Kendati Norwegia termasuk negara teraman di dunia menurut the World Peace Index di tahun 2007, negara itu masih dirasa kurang dalam berjuang menyatukan agama-agama minoritas.
Di beberapa daerah, tradisi Islam berbenturan dengan gaya hidup non religius yang dianut sebagian besar orang Skandinavia. (al/ie/sm) suaramedia.com

Sunday, January 27, 2013

Sikap Takwa Seperti Inilah Pemicu Yahudi Masuk Islam

Banyak kalangan menganggap takwa berarti takut kepada Allah dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Asumsi semacam ini sah-sah saja, tapi belum sepenuhnya mewakili esensi takwa, apalagi jika dikaitkan dengan upaya mengaktualkan terma takwa ini tak hanya untuk kesalehan individual, tapi juga untuk melahirkan kesalehan sosial yang berdampak besar bagi kemakmuran yang bersendikan keadilan.

Secara bahasa, takwa berasal dari kata wiqayah: memelihara diri dari segala hal yang merusak dan merugikan diri kita. Allah SWT berfirman: "Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orangorang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras sisksa-Nya." (QS Al-Anfaal [8]: 25).

Menghindar dan menjaga diri dari fitnah serta kemurkaan Allah dengan menjalankan sunnatullah secara benar dalam tataran kosmos ataupun sosial dan pranata hukum, juga adalah esensi takwa kepada Allah SWT.
Negara dan bangsa kita yang mayoritas Muslim ini mengalami krisis keadilan dan penegakan hukum yang parah. Ajaran Islam yang dianut oleh mayoritas bangsa ini harus proaktif mengatasi krisis tersebut. Salah satunya, dengan cara mem-breakdown terma takwa ke dalam reformasi mental para penegak hukum di negeri ini.

Oleh Alquran dinyatakan bersikap adil dalam menegakkan hukum adalah wujud takwa. (AlMaidah [5]: 8). Sikap tegas dan tanpa pandang bulu meski diberlakukan terhadap diri sendiri dan kerabatnya, dalam penegakan hukum hanya bisa dilakukan oleh pemimpin yang takwa kepada Allah.

"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan." (An-Nisaa' [4]: 135).

Dalam praktiknya, para pemimpin yang bertakwa seperti Ali bin Abi Thalib berlaku tawadlu dan taat terhadap putusan hukum, meskipun perkaranya untuk klaim baju besi yang dikuasai seorang Yahudi dikalahkan oleh Qadhi Syuraih di sidang pengadilan. Pasalnya, sang khalifah mengajukan saksi, yaitu Hasan, putranya sendiri, dan Qanbar, pembantunya. Oleh Syuraih, saksi dari kerabat seperti ini ditolak karena dianggap bisa menimbulkan bias. Akhirnya, sang Qadhi memenangkan si Yahudi dan Khalifah Ali pun menerimanya dengan ikhlas.

Sikap tawadlu yang lahir dari takwa inilah justru memicu si Yahudi masuk Islam. "Duhai Amirul Mukminin, Anda mengajukan saya kepada Qadhi bawahan Anda, tapi dia malah memenangkan saya atas Anda. Saya bersaksi bahwa ini adalah kebenaran dan saya bersaksi tiada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah," ujar warga Yahudi itu. Subhanallah! (Rpkl)
Kutipan: suaramedia.com

Husen Bin Salam, Pendeta Yahudi Dengan Panggilan Islam Dihatinya


Husen bin Salam adalah Kepala Pendeta Yahudi di Madinah. Walaupun penduduk Madinah berlainan agama dengannya, namun mereka menghormati Husen. Karena di kalangan mereka, dia terkenal baik hati, istiqamah, dan jujur.


Husen hidup tenang dan damai. Baginya waktu sangat berguna. Karena itu ia membaginya dalam tiga bagian. Sepertiganya ia pergunakan di gereja Yahudi untuk mengajar dan beribadat.
Sepertiga lainnya ia habiskan di kebun untuk merawat dan membersihkan tanaman. Sepertiga lagi untuk membaca Taurat dan mengajarkan kepada orang lain.

Setiap kali menemukan ayat Taurat yang mengabarkan tentang kedatangan seorang nabi di Madinah, ia selalu membacanya berulang-ulang dan merenunginya.
Dipelajarinya lebih mendalam tentang sifat-sifat dan ciri-ciri nabi yang ditunggu-tunggunya itu. Ia sangat gembira ketika mengetahui orang yang ditunggunya itu telah lahir dan akan hijrah ke Madinah.

Karena itu ia selalu berdoa agar Allah memanjangkan usianya supaya bisa bertemu dengan nabi yang ditunggu-tunggunya dan menyatakan iman. Allah memperkenankan doa dengan memanjangkan usianya dan mempertemukannya dengan penutup para nabi, Muhammad SAW.
Ketika pertama kali mendengar kedatangan Nabi, Husen bin Salam mencocokkannya sifat-sifatnya dengan yang ia ketahui dari Taurat. Begitu mengetahui persamaan-persamaan tersebut, ia yakin benar bahwa orang yang ia tunggu telah datang. Namun hal itu ia rahasiakan terhadap kaum Yahudi.

Tatkala Rasulullah hijrah ke Madinah dan tiba di Quba, seorang juru panggil berseru menyatakan kedatangan beliau. Saat itu Husen bin Salam sedang berada di atas pohon kurma. Bibinya, Khalidah bint Harits menunggu di bawah pohon tersebut. Begitu mendengar berita kedatangan Rasulullah, ia berteriak,"Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!"

Mendengar teriakan itu, bibinya berkata, "Engkau akan kecewa. Seandainya pun engkau mendengar kedatangan Musa bin Imran, engkau tidak bisa berbuat apa-apa."

"Wahai Bibi! Demi Allah, dia adalah saudara Musa bin Imran. Dia dibangkitkan membawa agamanya yang sama," jawab Husen.

"Diakah nabi yang sering engkau ceritakan?" tanya bibinya.

"Benar!"

Lalu Husen bergegas menemui Rasulullah yang sedang dikerumuni orang banyak. Setelah berdesak-desakan, akhirnya Husen berhasil menemui beliau. Ucapan pertama kali yang keluar dari mulut beliau adalah, "Wahai manusia, sebar luaskan salam. Beri makan orang yang kelaparan. Shalatlah di tengah malam, ketika orang banyak sedang tidur nyenyak. Pasti engkau masuk surga dengan bahagia."

Husen bin Salam memandangi Rasulullah dengan lekat. Ia yakin, wajah beliau tidak menunjukkan raut pembohong. Perlahan Husen mendekati seraya mengucapkan dua kalimat syahadat.

Rasulullah menoleh kepadanya, "Siapa namamu?"

"Husen bin Salam," jawabnya.

"Mestinya Abdullah bin Salam," ujar Rasulullah mengganti namanya dengan lebih baik.

"Saya setuju!" jawab Husen. "Demi Allah yang mengutus engkau dengan benar, mulai hari ini saya tidak ingin lagi memakai nama lain selain Abdullah bin Salam."

Setelah itu Husen yang sudah berganti nama dengan Abdullah bin Salam segera pulang. Ia mengajak seluruh keluarganya, termasuk bibinya, Khalidah yang saat itu sudah lanjut usia, untuk memeluk agama Islam. Mereka menerima ajakannya. Abdullah bin Salam meminta keluarganya untuk merahasiakan keislaman mereka kepada kaum Yahudi sampai waktu yang tepat.

Beberapa saat kemudian Abdullah menemui Rasulullah lalu berkata, "Wahai Rasulullah, orang-orang Yahudi suka berbohong dan sesat. Saya minta engkau memanggil ketua-ketua mereka, tapi jangan sampai mereka tahu kalau saya masuk Islam. Serulah mereka ke agama Allah, saya akan bersembunyi di kamar engkau mendengar reaksi mereka."

Rasulullah menerima permintaan Abdullah bin Salam. Beliau memasukkannya ke dalam biliknya dan mengumpulkan para pemuka Yahudi. Rasulullah mengingatkan mereka tentang ayat-ayat Al Quran dan mengajak mereka masuk agama Islam. Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak mau menerima ajakan beliau. Bahkan dengan beraninya mereka membantah ucapan-ucapan Rasulullah.

Setelah mengetahui bahwa mereka enggan menerima seruannya, Rasulullah bertanya, "Bagaimana kedudukan Husen menurut kalian?"

"Dia pemimpin kami, Kepala Pendeta kami dan pemuka agama kami," jawab mereka.

"Bagaimana pendapat kalian kalai dia masuk Islam ? Maukah kalian mengikutinya?" tanya Rasulullah.

"Tidak mungkin! Tidak mungkin dia akan masuk Islam. Kami berlindung kepada Allah, tidak mungkin dia masuk Islam," jawab mereka.

Tiba-tiba Abdullah bin Salam keluar dari bilik Rasulullah dan menemui mereka seraya berkata, "Wahai orang-orang Yahudi, bertakwalah kepada Allah. Terimalah agama yang dibawa Muhammad. Demi Allah, sesungguhnya kalian sudah mengetahui bahwa Muhammad itu benar utusan Allah. Bukankah kalian telah membaca nama dan sifat-sifatnya dalam Taurat? Demi Allah, saya mengakui Muhammad adalah Rasulullah. Saya beriman kepadanya dan membenarkan segala ucapannya."

"Bohong!" jawab orang-orang Yahudi. "Engkau jahat dan bodoh, tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah," umpat mereka lalu pergi meninggalkan Abdullah bin Salam dan Rasulullah.

"Engkau lihat, wahai Rasulullah. Orang-orang Yahudi itu pendusta dan sesat. mereka tidak mau mengakui kebenaran walaupun di depan mata," ujar Abdullah.

Abdullah bin Salam menerima Islam seperti orang yang kehausan yang merindukan jalan ke telaga. Lidahnya selalu basah oleh untaian ayat-ayat Al Quran. Ia selalu mengikuti semua seruan Rasulullah sehingga suatu ketika beliau memberi kabar gembira dengan surga.

Suatu ketika Qais bin Ubadah dan beberapa orang lainnya sedang belajar di serambi masjid. Dalam kelompok itu terdapat seorang lelaki tua yang ramah dan sangat menyenangkan hati. Setiap ucapan yang keluar dari mulutnya selalu menarik perhatian orang. Ketika lelaki itu pergi, orang-orang saling bertanya siapa dia. Di antara mereka ada yang berkata, "Siapa yang ingin melihat penduduk surga, lihatlah lelaki itu!"

Qais bin Ubadah segera bertanya, "Siapa dia?"

"Abdullah bin Salam," jawab mereka.

Qais bin Ubadah memutuskan untuk mengikuti lelaki itu sampai jauh keluar kota Madinah. Setelah diizinkan masuk, Qais menemuinya.

"Apa keperluanmu anak muda?" tanya Abdullah.

"Saya mendengar orang-orang berbicara tentang diri Bapak. Kata mereka, siapa yang ingin melihat penghuni surga, lihatlah Bapak! Mendengar ucapan mereka, saya mengikuti Bapak sampai ke sini. Saya ingin mengetahui mengapa orang banyak berkata begitu?"

"Allah yang lebih mengetahui tentang penduduk surga," jawab Abdullah.

"Ya, tapi pasti ada sebabnya mengapa orang-orang berkata begitu?"

"Baik, akan kujelaskan."

"Silakan, semoga Allah membalas segala kebaikan Bapak," ujar Qais.

"Pada suatu malam ketika Rasulullah masih hidup, saya bermimpi. Seorang laki-laki datang menemuiku seraya menyuruhku bangun dan mengajakku pergi. Tiba-tiba saya melihat sebuah jalan di sebelah kiri. Saya bertanya, 'Jalan kemanakah ini?'

'Jangan turuti jalan itu, itu bukan jalanmu,' jawab orang itu.

Tiba-tiba saya melihat jalan yang terang benderang di sebelah kananku. 'Lewatilah jalan itu,' kata orang itu.

Saya mengikuti jalan yang terang itu hingga tiba di sebuah taman yang subur, luas, dan penuh dengan pohon-pohon hijau dan indah. Di tengah-tengah taman terdapat sebuah tiang besi. Pangkalnya tertancap di tanah dan ujungnya sampai ke langit. Di puncaknya terdapat sebuah aula berlapis emas.

Orang itu berkata, 'Panjatlah tiang itu!'

'Aku tidak bisa,' jawabku.

Tiba-tiba datang seorang pembantuku lalu dia menaikkan tubuhku sampai ke puncak tiang. Aku tinggal di sana sampai pagi dengan perasaan yang sangat bahagia.

Setelah hari pagi, kudatangi Rasulullah dan kuceritakan kepada neliau perihal mimpiku. Beliau bersabda, 'Jalan yang engkau lihat di sebelah kiri adalah jalan ke neraka. Jalan yang engkau lalui di sebelah kanan adalah jalan penduduk surga. Taman yang indah itu adalah Islam. Adapun tiang yang terpancang di tengah taman itu adalah tiang agama. Adapun aula itu adalah pegangan yang kokoh dan kuat. Engkau senantiasa berpegangan dengannya sampai mati.'". kutipan : suaramedia.com